Tidur Seharian saat Puasa, Sah kah Puasanya?

Date:

Share post:

IslamIndonesia.co – Tidur seharian saat puasa sepertinya sudah menjadi kebiasaan baru para pemuda hari ini. Apakah tidur seharian saat puasa, puasanya sah?

Kebutuhan Tidur Manusia

Sebelum itu, perlu diketahui bahwa kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, namun bisa diklasifikasikan dalam beberapa rentan usia:

  • Bayi yang usianya baru mencapai 2 bulan, membutuhkan tidur 14-18 jam setiap hari 
  • Usia 1- 18 bulan, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14 jam setiap hari termasuk tidur siang.
  • Usia 3-6 tahun membutuhkan waktu untuk istirahat tidur 11-13 jam, termasuk tidur siang. 
  • Usia 6-12 tahun membutuhkan waktu tidur 10 jam.
  • Usia 12-18 tahun, kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9 jam. 
  • Usia 18-40 tahun, membutuhkan waktu tidur 7 – 8 jam setiap hari.  
  • Lansia, cukup 7 jam perhari. 
  • Umur 60 tahun ke atas, kebutuhan tidur cukup 6 jam per hari.

Tidur merupakan aktivitas paling krusial dalam hidup, sebagaimana yang tertuang dalam Surat Ar Rum ayat 23 berikut:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖ مَنَامُكُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاۤؤُكُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّسْمَعُوْنَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah tidurmu pada waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”

Malam merupakan sesuatu yang tidak terelakkan datangnya, sebagaimana juga siang. Malam adalah waktu untuk istirahat dan siang adalah waktu untuk bekerja. Adapun bagi mereka yang bekerja pada malam hari, baginya tetap dituntut untuk memelihara hak badannya dalam arti mengistirahatkannya. Allah berfirman:

وَهُوَ الَّذِيْ يَتَوَفّٰىكُمْ بِالَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُمْ بِالنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيْهِ لِيُقْضٰٓى اَجَلٌ مُّسَمًّىۚ ثُمَّ اِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ

Artinya: “Dan Dialah yang menidurkan kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umurmu yang telah ditetapkan. Kemudian kepada-Nya tempat kamu kembali, lalu Dia memberitahukan ke-padamu apa yang telah kamu kerjakan.” (al-An’am/6: 60)

Saking pentingnya tidur, tidak heran jika sering menjumpai ceramah seputar Ramadhan, yang memaparkan hadis yang artinya:

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR Baihaqi).

Hadis tersebut sebetulnya menyiratkan, “tidurnya orang puasa (saja bisa dinilai sebagai) adalah ibadah. Terlebih berada pada bulan Ramadhan, yang sejati amal ibadah dilipatgandakan pahalanya.

Tidur yang seperti apa itu? 

Yaitu tidur yang digunakan untuk mengistirahatkan tubuh setelah seharian beraktivitas. Ini merupakan salah satu bentuk syukur menikmati rasa kantuk dan tidur. Maka niatkan tidur tersebut untuk memulihkan fisiknya, sehingga bisa melakukan pekerjaan. 

Selain itu, tidur juga bisa dinilai ibadah karena dapat menghindarkan diri dari maksiat. Terlebih saat sekarang ini, bagi orang yang sering berinteraksi di media sosial, tak jarang bisa terlontar komentar yang dapat menyakiti orang lain. Maka tidur bisa menghindarkan hal tersebut sehingga bisa dinilai sebagai ibadah. 

Menurut Gus Baha, “Jika seseorang tidur dalam waktu yang lama tanpa meninggalkan shalat fardhunya, maka selama waktu itu sesungguhnya mereka sedang meninggalkan maksiat dan mendapat pahala.”

Tidur Sehabis Shubuh Hukumnya Makruh dan Tidak Baik bagi Kesehatan

Meski tidur bisa dinilai sebagai ibadah, namun perlu diketahui bahwa tidur sehabis shubuh dalam Islam hukumnya makruh, memang tidak sampai dihukumi haram. 

Dari segi medis, jika seseorang tidur sehabis subuh, pembuluh darah ke otak cenderung menyempit. Ini mengakibatkan aliran darah ke organ tubuh berkurang. Sel-sel trombosit dalam pembuluh darah berangkulan, mengumpul, dan menggumpal menjadi trombus. Trombus menyebabkan gangguan serebroveskuler yang relatif tetap, yaitu gangguan penyempitan pembuluh darah di otak dan jantung manusia. 

Jika hal ini berlangsung terus-menerus, tanpa disadari sedang membuat pembuluh darah mengalami proses penyempitan. Sehingga dapat meningkatkan risiko serangan jantung dan terkena stroke.

Hukum Tidur Seharian Saat Puasa

Dalam fiqh, tidur digolongkan sebagai salah satu bagian dari hilang akal, selain gila dan pingsan. Hilangnya akal karena gila dan pingsan memang dapat membatalkan puasa. Meskipun sebentar, hilangnya akal karena gila bisa membatalkan puasa yang dijalani.

Sedangkan untuk hilang akal karena pingsan, tergantung pada durasi pingsannya tersebut. Apabila dari sahur hingga Isya belum siuman, maka puasanya batal, meskipun pada malam hari sudah niat puasa.

Lain halnya jika sempat bangun ketika datang waktu berpuasa. Misalnya, ia pingsan ketika sahur, sempat sadarkan diri saat Dzuhur, lalu pingsan lagi sampai Isya, maka puasanya tetap sah dan boleh dilanjutkan.

Namun tidak demikian dengan tidur. Hilang akal karena tidur tidak membatalkan puasa. Akhir-akhir ini banyak ditemui pemuda yang memiliki kebiasaan baru, yaitu setelah sahur tidur, bangun-bangun Maghrib. Apakah puasanya tetap sah?

Jika hal yang ditanyakan adalah puasa, maka puasanya tetap sah. Sebab ini termasuk hilang akal yang tidak batalkan puasa. Ingat ya, Ini bab puasa, bukan bab shalat.

Lalu jika ditanya, “Shalatnya bagaimana?” Itu perkara lain. Dengan begitu ia meninggalkan beberapa kali waktu shalat wajib. Adapun hukum shalatnya, kan wajib (mengerjakan), kalau tidak mengerjakan ya berdosa.

Oleh karenanya maka jelas, tidur seharian saat puasa hukumnya tetap sah. Perkara ia meninggalkan shalatnya, maka ia harus taubat karena telah meninggalkan shalat dikarenakan tidur seharian. 

Perlu diingat dan ditekankan juga bahwa shalat wajib yang ditinggalkannya wajib atau harus diqadha. Jika hal demikian ini sudah menjadi kebiasaan, maka ubahlah. Usahakan dengan cara memasang jam weker, alarm, atau yang paling ampuh, minta tolong kepada ibu/pasangan, untuk membangunkan ketika masuk waktu shalat.

Percayalah, cara ini amat ampuh untuk mengubah kebiasaan tersebut. Ketika Anda tidak bisa dibangunkan dengan suara sedang, maka bersiaplah menyambut teriakan suara lantang disertai beberapa perabot yang terbang, jatuh berbunyi praaannnggg!!!

Achmad Fachrur Rozi
Achmad Fachrur Rozihttp://www.islamindonesia.co
Silakan kirim kritik & saran Anda melalui email: [email protected]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related articles

Penyakit Ain itu Apa, Penyebab dan Doa Mengatasinya

IslamIndonesia.co – Penyakit Ain itu apa? mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan. Sebab sebagian besar orang masih...

Eskalasi Konflik Israel Palestina dan Bantuan Kemanusiaan Negara Lain

IslamIndonesia.co – Konflik Israel Palestina masih berkepanjangan, seperti tidak ada akhirnya. Sampai saat ini serangan masih terjadi. Pada 7...

Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co - السلام عليكم ورحمة الله وربركاته الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله...

5 Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

IslamIndonesia.co - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia.  Pada hari...