Orang-Orang yang Meninggalkan Al-Qur’an

Date:

Share post:

IslamIndonesia.co Jika ada sesuatu yang paling layak untuk dibaca setiap waktu, maka tidak lain ialah al-Qur’an. Kitab yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, berisikan pedoman dan tuntunan bagi umat manusia. Kitab yang disebut sendiri oleh Nabi, jika dibaca bernilai pahala setiap hurufnya. Tetapi, kadang-kadang justru al-Qur’an hanya menjadi pajangan di rumah-rumah. Kitab yang justru paling jarang dibaca. Sehingga banyak debu yang menempel di sampulnya.

Ketika al-Qur’an masih dalam proses pewahyuan, Nabi pernah mengadu kepada Tuhan karena al-Qur’an sudah mulai ditinggalkan oleh kaumnya. Sebagai catatan, masa itu merupakan masa atau generasi terbaik. Kualitas keimanan umat Nabi Muhammad masa itu jauh berkali-kali lipat dibanding generasi sekarang. Namun, ternyata sejak lama Nabi telah merasa bahwa al-Qur’an telah ditinggalkan.

Keluhan Nabi Muhammad tersebut terbadikan dalam al-Qur’an, yakni pada surah al-Furqān ayat 30 yang berbunyi:

وَقَالَ الرَّسُولُ يَا رَبِّ إِنَّ قَوْمِي اتَّخَذُوا هَٰذَا الْقُرْآنَ مَهْجُورًا

“Rasul telah berkata, ‘Hai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah meninggalkan al-Qur’an.”

Lalu, siapa saja yang dimaksud dengan orang-orang yang telah meninggalkan al-Qur’an? Dengan cara seperti apa mereka meninggalkan al-Qur’an?

Ibnu Taimiyyah menyebut ada tiga tingkatan orang yang sebenarnya telah meninggalkan al-Qur’an.

Orang-orang yang sama sekali tidak membaca al-Qur’an

Mari kita bertanya pada diri kita sendiri, kapan kali terakhir kita membaca al-Qur’an? Tadi? Kemarin? Minggu lalu? Bulan lalu? Tahun lalu? Atau kapan?

Golongan ini telah mengganti al-Qur’an dengan yang lain. Mereka sama sekali tidak membaca al-Qur’an. Mereka lebih banyak membaca pesan-pesan bohong yang tersebar di grup-grup WhatsApp. Membaca caption-caption galau yang ada di Instagram. Membaca perdebatan-perdebatan panjang yang sama sekali tidak penting di dinding Facebook. Atau, membaca koran-koran yang diantar setiap pagi ke rumah.

Kegiatan membaca al-Qur’an telah benar-benar diganti dengan aktivitas-aktivitas tersebut. Kesibukan-kesibukan duniawi telah mengalihkan perhatian orang-orang dalam golongan ini atas al-Qur’an yang mulia. Padahal, Nabi telah mengatakan bahwa orang yang membaca al-Qur’an akan dihujani dengan kebaikan-kebaikan yang dihitung dari setiap rangkai huruf yang ia baca.

Orang-orang yang membaca al-Qur’an, tapi tidak merenungi isi kandungan al-Qur’an

Golongan ini masih cukup sering membaca al-Qur’an. Mereka tidak meninggalkan al-Qur’an sama sekali, namun pembacaan yang mereka lakukan sebatas bacaan lisan saja. Mereka tidak punya keinginan untuk memahami kandungan al-Qur’an. Mengenai golongan ini, terdapat ayat yang representatif, berikut:

أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفًا كَثِيرًا

“Maka tidakkah mereka menghayati, mendalami petunjuk dan ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an? Sekiranya Al-Qur’an itu bukan wahyu yang turun dari Allah, pastilah mereka akan menemukan banyak sekali hal yang bertentangan di dalamnya.” (QS: An-Nisā` [4]: 82).

Ayat-ayat al-Qur’an mereka baca setiap hari, namun mereka tak pernah tahu maksud ayat tersebut. Berlawanan dengan hal ini, ketika seseorang telah menghayati atau memahami kandungan al-Qur’an, ia akan sampai pada derajat al-yaqīn. Sayyid Quthb mengatakan, orang-orang yang mentadabbur makna al-Qur’an akan menghilangkan keraguan yang ada dalam hati mereka, membuka jendela-jendela pengetahuan, hingga menumpahkan cahaya ke hati mereka.

Dalam Fatḥur Raḥmān fī Bayāni Hujrul Qur’ān karya Dr. Mahmud ad-Dausari, disebutkan bahwa faedah yang didapat oleh orang-orang yang membaca sambil merenungi kandungan al-Qur’an, di antaranya adalah mendidik akal, menyembuhkan hati, ganjaran yang berlipat-lipat, hidayah, dan memperoleh ketenangan hati.

Orang-orang yang membaca al-Qur’an, memahami isi kandungan al-Quran, tapi tidak mengamalkan isi kandungan al-Qur’an.

Golongan terakhir adalah mereka yang membaca al-Qur’an serta memahami makna kandungan ayat al-Qur’an, tetapi tidak mengamalkan apa yang ada dalam al-Qur’an tersebut. Golongan ini masih dimasukkan ke dalam kategori orang yang telah meninggalkan al-Qur’an.

Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca secara lisan, tidak pula berhenti pada tahap pemahaman maknanya saja, melainkan hal yang paling penting adalah bagaimana al-Qur’an menjadi akhlaq dan laku keseharian para umat Nabi Muhammad SAW.

Ada banyak orang yang menghafal al-Qur’an. Begitu memahami setiap detail makna al-Qur’an. Ceramah di mimbar-mimbar keagamaan dengan kutipan-kutipan ayat al-Qur’an. Namun, perilaku mereka masih tidak mencerminkan apa yang ada dalam al-Qur’an itu sendiri.

Dengan demikian, berada di level mana kita? Apakah kita termasuk ke dalam orang-orang yang telah meninggalkan al-Qur’an?

Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang telah meninggalkan al-Qur’an, dengan membaca, memahami, dan merenungi kandungan al-Qur’an, serta mampu mengamalkan al-Qur’an.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related articles

Penyakit Ain itu Apa, Penyebab dan Doa Mengatasinya

IslamIndonesia.co – Penyakit Ain itu apa? mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan. Sebab sebagian besar orang masih...

Eskalasi Konflik Israel Palestina dan Bantuan Kemanusiaan Negara Lain

IslamIndonesia.co – Konflik Israel Palestina masih berkepanjangan, seperti tidak ada akhirnya. Sampai saat ini serangan masih terjadi. Pada 7...

Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co - السلام عليكم ورحمة الله وربركاته الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله...

5 Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

IslamIndonesia.co - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia.  Pada hari...