Raja Haji Ahmad Jadi Google Doodle, Siapa Dia

Date:

Share post:

IslamIndonesia.co – Raja Haji Ahmad menjadi Google Doodle pada tanggal 5 November 2022. Beberapa dari kita mungkin belum pernah mendengar namanya sama sekali. Siapa dia?

Pahlawan Nasional Peletak Dasar Pedoman Bahasa Indonesia

Ia terkenal sebagai pencatat pertama dasar dan tata bahasa Melayu. Nama aslinya Ali Haji bin Raja Haji Ahmad, merupakan seorang ulama dan peletak dasar bahasa Indonesia. 

Dasar-dasar dan tata bahasa terdapat dalam buku Pedoman Bahasa, yang menjadi standar bahasa Melayu baku.

Bahasa Melayu baku tersebut, ditetapkan sebagai bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia pada Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928. 

Pada 5 November 2004, kala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjabat, beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. 

Biografi Raja Haji Ahmad

Ia lahir sekitar tahun 1808 atau 1809 di Pulau Penyengat, masih daerah Kesultanan Lingga yang sekarang bernama Kepulauan Riau.

Memiliki latar belakang keluarga terhormat, ayahnya yaitu Raja Ahmad memiliki gelar Engku Haji Tua setelah berziarah ke Mekkah. Ibundanya benama Encik Hamidah binti Malik, memiliki darah keturunan suku Bugis.

Jika ditelusuri lagi, ia merupakan cucu Raja Ali Haji Fisabilillah, seorang bangsawan Bugis dari Kesultanan Lingga, Riau.

Tidak heran jika masa kecilnya menerima banyak pengetahuan dari lingkungan Istana Kesultanan Lingga, Riau berkat didikan ayahnya.

Kebetulan pada masa tersebut, banyak ulama terkemuka yang mengajar di Kesultanan tersebut. Di antaranya seperti Syeikh Ahmad Jabarti, Syeikh Ismail bin Abdullah al Minkabawi, dan masih banyak lagi. 

Masa mudanya mendapatkan lebih banyak kesempatan belajar, ia berkunjung ke Jakarta pada tahun 1822 bersama ayahnya. 

Enam tahun berselang, keduanya dan 11 kerabat Bugis lainnya menjadi Bangsawan Bugis pertama yang pergi ke Mekkah untuk berhaji. 

Segudang keilmuan telah diperoleh, hingga pada usia 32 tahun yaitu pada tahun 1845, Raja Haji Ahmad beserta saudara sepupunya, Raja Ali bin Ja’far dipercaya untuk memimpin wilayah Lingga, mewakili Sultan Mahmud Muzaffar Syah. 

Sepupunya yaitu Raja Ali bin Ja’far diangkat menjadi Dipertuan Muda Riau VIII, sedangkan Raja Haji Ahmad dinobatkan sebagai penasihat keagamaan Kesultanan. 

Karya-Karya Raja Haji Ahmad 

Pada masa-masa inilah produktivitasnya dalam berkarya dimulai, ia menerbitkan puisi pada tahun 1847 yang berjudul, “Gurindam Dua Belas”. Karya ini merupakan pelopor aliran sastra Melayu pada masanya. 

Sepuluh tahun berselang, beliau juga menulis tiga karya lainnya, yaitu Bustan al-Kathibin (1857), Intizam Waza’if al-Malik (1857), serta Thamarat al-Mahammah (1857).

Kemudian pada tahun 1860, beliau menulis Tuhfat al-Nafis dianggap sebagai warisan berharga tentang sejarah Semenanjung Melayu. Tak lama berselang, yaitu pada tahun 1865, buku Silsilah Melayu dan Bugis diterbitkan. 

Raja Haji Ahmad dikabarkan wafat pada tahun 1873 di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Menariknya, di makamnya terukir nama salah satu karyanya yang berjudul Tuhfat al Nafis, yang artinya hadiah berharga.

Mengenal Tuhfat al-Nafis

Karya-karya Raja Haji Ahmad tidak hanya dalam bidang sastra saja, namun juga mencakup bidang lain, seperti agama, sejarah, bahasa dan budaya Melayu. 

Tuhfat al Nafis merupakan karya sastra sejarah yang berisi silsilah raja-raja Melayu, Bugis, Siak, dan Johor serta didirikannya Singapura oleh Raffles. 

Tuhfat al Nafis yang berarti hadiah yang berharga. Karya tersebut disusun oleh Raja Haji Ahmad (Ungku Haji Tua), putra raja Haji, kemudian diselesaikan oleh putranya Raja Ali Haji. 

Isinya menjelaskan sejarah Istana Melayu Tradisional yang kala itu sedang menghadapi ancaman dari pengejaran orang-orang Minangkabau.

Tuhfat al Nafis Terengganu memiliki hubungan erat dengan naskah-naskah yang lain. Dalam tahun 1890 (Sir) William Maxwell, Residen Inggris di Selangor, telah menerima salinan naskah Tuhfat al Nafis dari pada Istana Perak setebal 228 halaman. 

Setiap halaman 22 baris dan tersimpan dalam perpustakaan Asiatic Society di London. Tahun 1896, A.L. Hasselt, Residen Belanda di Riau telah dihadiahi sebuah naskah Tuhfat al Nafis. 

Naskahnya telah disalin dan disimpan di Istana Diraja Terengganu pada masa pemerintahan Sultan Zainal Abidin III (1881-1918). 

Jika melihat corak kaligrafi atau jenis khat yang digunakan, naskah Tuhfat al-Nafis tersebut memang bisa dikatakan lebih menarik daripada manuskrip lainnya. 

Pada bagian awalnya, disuguhkan motif elegan yang menghiasi dua lembaran pertama teks tersebut. Tinta hitamnya terbuat dari abu kertas, arang belanga, dan cukah nipa. 

Kilat hitamnya dipekatkan dengan mencampurkan getah dari janggus kepada campuran dasarnya. 

Sedangkan warna ungu dalam motif hiasannya berasal dari biji kundang dan asam jawa. Kemudian warna merah menyala yang digunakan sebagai penanda nukhtah (titik) di dalam manuskrip berasal dari buah kesumba keling. 

Demikian beberapa informasi singkat mengenai Raja Haji Ahmad yang menjadi Google Doodle pada 5 November 2022. Berkat Google Doodle tersebut, banyak orang yang penasaran mengenai latar belakangnya. Semoga tulisan di atas membantu Anda lebih mengenalnya.

Achmad Fachrur Rozi
Achmad Fachrur Rozihttp://www.islamindonesia.co
Silakan kirim kritik & saran Anda melalui email: [email protected]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related articles

Penyakit Ain itu Apa, Penyebab dan Doa Mengatasinya

IslamIndonesia.co – Penyakit Ain itu apa? mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan. Sebab sebagian besar orang masih...

Eskalasi Konflik Israel Palestina dan Bantuan Kemanusiaan Negara Lain

IslamIndonesia.co – Konflik Israel Palestina masih berkepanjangan, seperti tidak ada akhirnya. Sampai saat ini serangan masih terjadi. Pada 7...

Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co - السلام عليكم ورحمة الله وربركاته الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله...

5 Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

IslamIndonesia.co - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia.  Pada hari...