Di Balik Kejeniusan at-Thabari

Date:

Share post:

IslamIndonesia.co – At-Thabari, memiliki nama lengkap Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib ini lahir sekitar 224 H atau awal 225 H, dan meninggal pada 310 H. Ia merupakan pengarang kitab tafsir Jami’ al-Bayan ‘an Ta`wil Ayi al-Qur’an atau yang lebih masyhur dikenal dengan nama Tafsir at-Thabari. Sebuah kitab tafsir yang disebut sebagai salah satu karya dalam bidang tafsir al-Qur’an yang utuh 30 juz dan dibukukan, bahkan beberapa menilainya sebagai pelopor kitab tafsir yang lengkap.

Di dalamnya, ia menyajikan penafsiran yang bersumber dari keterangan-keterangan Nabi (hadits), qaul sahabat (atsar), penjelasan para tabi’in, dan seterusnya, dengan mencantumkan jalur riwayat masing-masing.

Komentar Para Ulama Mengenai at-Thabari

Dengan karya tafsirnya yang begitu lengkap tersebut, yang berisikan banyak penjelasan dari berbagai generasi, tak heran bila an-Nawawi menilai bahwa tidak ada seorang pun yang mampu menandingi karya At-Thabari. Ibnu Khuzaimah juga memberi komentar mengenai at-Thabari dalam pernyataannya:

مَا أَعْلَمُ عَلَى الْأَرْضِ أَعْلَمَ مِنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَرِيْرٍ.

Mā a’lamu ‘alāl ardl a’lama min Muḥammad bin Jarīr 

Artinya: “Tidak ada seorang pun di atas bumi ini yang aku ketahui lebih alim dari Muhammad bin Jarir (at-Thabari).”

Selain itu, saking berpengaruhnya at-Thabari dan karya tafsirnya, Ibnu Taimiyah juga memberikan komentar sebagai berikut:

وَأَمَّا التَّفَاسِيْرُ فِيْ أَيْدِيْ النَّاسِ فَأَصَحُّهَا تَفْسِيْرُ مُحَمَّدِ بْنِ جَرِيْرٍ الطَّبَرِيْ. فَإِنَّهُ يَذْكُرُ مَقَالَاتِ السَّلَفِ بِالإِسْنَادِ الثَابِتَةِ وَلَيْسَ فِيْهِ بِدْعَةٌ.

Wa-ammat tafsīru fī aydīn-nās fa-ashaḥḥuhā tafsir Muḥammad bin Jarīr at-Thabarī. Fa-innahū yadzkuru maqālātis salafi bil-isnādits tsābitati wa laisa fīhi bid’ah.

Artinya: “Adapun produk-produk tafsir paling shahih yang beredar di kalangan umat manusia ialah tafsir Muhammad bin Jarir at-Thabari. Ia menyebutkan maqalah dari generasi-generasai sebelumnya (salaf) dengan mencantumkan sanad-sanadnya, dan di dalamnya tidak terdapat bid’ah.

Rahasia Di Balik Kejeniusan at-Thabari

Di balik kehebatan dan kejeniusan at-Thabari tersebut, beberapa ulama memberikan kesaksian bahwa at-Thabari merupakan seorang yang sangat wira’i dan zuhud. Dalam tulisan Tajuddin as-Subuki, bahkan disebutkan bahwa at-Thabari merupakan pentolan dalam wira’i, zuhud, bahkan menghindari segala keharaman, jauh dari perkara-perkara syubhat, dan pribadi yang sangat sederhana dalam hidup. Mengenai wira’i dan zuhudnya at-Thabari, Ibnu Katsir memberikan komentar:

وَكَانَ مِنَ الْعِبَادَةِ وَالزُّهَادَةِ وَالْوِرَعِ وَالْقِيَامِ فِيْ الْحَقِّ لَا تَأْخُذُهُ فِيْ ذٰلِكَ لَوْمَةُ لَائِمٍ… وَكَانَ مِنْ كُبَّارِ الصَّالِحِيْنَ.

Wa kāna minal-‘ibādati waz-zuhādati wal-wira’I wal-qiyāmi fīl-ḥaqqi lā ta`khuduhu fī dzālika lawmatu lā`im … wa kāna min kubbāris shāliḥīn.

Artinya: “At-Thabari merupakan seorang ahli ibadah, ahli zuhud, pribadi yang wirai, dan penegak kebenaran, yang tidak ada tempat bagi celaan orang-orang yang suka mencela… At-Thabari ialah salah satu pembesar di kalangan orang-orang shalih.”

Terdapat beberapa sifat luhur dan kebiasaan baik atau tirakat yang dilakukan oleh at-Thabari selama hidupnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari peran orang tua at-Thabari yang sangat memperhatikan pendidikan bagi putranya tersebut.

Pendidikan at-Thabari

Sejak kecil, at-Thabari digembleng langsung orang tuanya yang merupakan seorang ulama dan diajari al-Qur’an, bahkan diarahkan untuk menghafalkannya. Keshalehan orang tua at-Thabari sangat berpengaruh kepada penulis Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi al-Qur’an itu. Bahkan, ayah at-Thabari pernah bermimpi at-Thabari kecil ada di hadapan Rasulullah Saw. membawa sebuah wadah yang berisi batu, yang kemudian batu itu dilemparkan ke hadapan Rasulullah Saw. Setelah terbangun, ayah at-Thabari pun bertanya kepada ahli tafsir mimpi mengenai mimpinya itu, dan dijawab sebagai berikut:

 إِنَّهُ إِنْ كَبِرَ نَصِحَ فِيْ دِيْنِهِ وَذَبَّ عَنْ شَرِيْعَتِهِ.

Innahu in kabira nashiḥa fī dīnihi wa dzabba ‘an syarī’atihi.

Artinya: “Sesungguhnya kelak ketika besar nanti, ia akan menjadi penasehat agamanya dan kelak akan menjadi penjaga syariat Islam.”

Dari mimpi tersebut, ayah at-Thabari makin memperhatikan kualitas pendidikan anaknya. Alhasil, at-Thabari pun sejak usia tujuh tahun sudah hafal al-Quran. Lantas, setahun setelahnya, yakni pada usia delapan tahun, ia sudah sering diminta menjadi imam shalat oleh masyarakat, dan sudah mulai menulis riwayat hadits pada usianya yang menginjak sembilan tahun. Hal ini sebagaimana diterangkan at-Thabari sendiri dalam pernyataannya berikut:

حَفِظْتُ الْقُرْآنَ وَلِيْ سَبْعُ سِنِيْنَ، وَصَلَيْتُ بِالنَّاسِ وَأَنَا اِبْنُ ثَمَانِي سِنِيْنَ، وَكَتَبْتُ الْحَدِيْثَ وَأَنَا اِبْنُ تِسْعِ سِنِيْنَ.

ḥafizhtul qur`āna walī sab’u sinīna, wa shalaitu bin-nāsi wa ana ibnu tsamānī sinīna, wa katabtul ḥadītsa wa ana ibnu tis’i sinīna

Artinya: “Aku telah menghafalkan al-Qur’an, dan usiaku pada saat itu tujuh tahun, kemudian aku mengimami shalat umat ketika usiaku delapan tahun, dan aku telah menulis hadits ketika usiaku sembilan tahun.”

Berkat gemblengan sang ayah, at-Thabari sejak kecil telah memiliki kecerdasan yang luar biasa, hafalan yang kuat, dan akhlak yang luhur. Tak heran bila kemudian karya-karyanya banyak dirujuk orang dari berbagai generasi. Berkat kejeniusannya tersebut, karya at-Thabari pun mendapatkan tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat, dari masa ke masa. Salah satu pengakuan kehebatan at-Thabari yang terpancar dari karyanya datang dari Ibnu Afif sebagaimana berikut:

رَأَيْتُ فِيْ النَّوْمِ كَأَنِّيْ فِيْ مَجْلِسِ أَبِيْ جَعْفَرٍ وَالنَّاسُ يَقْرَؤُوْنَ عَلَيْهِ كِتَابَ التَّفْسِيْرِ، فَسَمِعْتُ هَاتِفًا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ يَقُوْلُ: مَنْ أَرَادَ أَنْ يَسْمَعَ الْقُرْآنَ كَمَا أُنْزِلَ فَلْيَسْمَع هَذَا الْكِتَابَ. 

Ra`aitu fīn-naumi kannī fī majlisi Abī Ja’farin wan-nāsu yaqra`ūna ‘alaihi kitābat tafsīri, fasami’tu hātifan bainas samā`I wal-ardli yaqūlu: man arāda an yasma’al qur`āna kamā unzila falyasma’ hadzāl kitāba.

Artinya: “Aku bermimpi seolah-olah aku sedang berada di mejelis Abu Ja’far (at-Thabari), dan ketika itu orang-orang sedang membaca kitab tafsir (Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi al-Qur’an) kepadanya. Lantas, aku mendengar sebuah suara tanpa wujud di antara langit dan bumi yang berkata: ‘Barangsiapa menghendaki mendengar al-Qur’an sebagaimana diturunkannya, maka dengarkanlah kitab ini (Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi al-Qur’an).”

Hidup Sehat ala at-Thabari

Selain itu, at-Thabari juga merupakan pribadi yang sangat memperhatikan pola makannya. Ia bukan orang yang banyak makan atau mengonsumsi sembarang jenis makanan. Dalam salah satu riwayat disebutkan bahwa ia tidak makan lemak atau daging yang banyak lemaknya, tetapi hanya makan daging merah murni yang ia masak dengan campuran kismis (zabib). Selain itu, at-Thabari juga menjauhi wijen dan sarang lebah. Saking antinya at-Thabari kepada makanan yang berlemak, ia berkata:

اَلسَّمِيْنُ يُلَطِّخُ الْمِعْدَةَ.

As-samīnu yulaththikhul mi’dah

Artinya: “Lemak akan mengotori perut.

Selain itu, at-Thabari juga menjelaskan alasannya menjauhi makanan yang mengandung wijen atau berbahan sarang lebah sebagaimana dalam pernyataannya berikut:

إِنَّهُمَا يُفْسِدَانِ الْمِعْدَةَ وَيُغَيِّرَانِ النَّكْهَةَ.

Innahumā yufsidānil mi’data wa yughayyirānin nakhah

Artinya: “Sesungguhnya wijen dan sarang lebah merusak pencernaan (perut) dan menyebabkan berubahnya rasa.” 

Demikianlah kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan at-Thabari dalam hidupnya, yang tidak banyak disorot oleh kebanyakan orang. Selain ia berasal dari keluarga yang shalih dan hidup dengan sederhana, zuhud, serta wira’i, ia juga memiliki kebiasaan makan yang cukup khas. Ada beberapa makanan yang ia hindari secara mutlak, karena ia menilai ada dampak negatif dari jenis makanan tertentu. Di samping itu, ia juga dikenal sebagai pribadi yang mudah memaafkan dan seorang yang sangat tawadlu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related articles

Penyakit Ain itu Apa, Penyebab dan Doa Mengatasinya

IslamIndonesia.co – Penyakit Ain itu apa? mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan. Sebab sebagian besar orang masih...

Eskalasi Konflik Israel Palestina dan Bantuan Kemanusiaan Negara Lain

IslamIndonesia.co – Konflik Israel Palestina masih berkepanjangan, seperti tidak ada akhirnya. Sampai saat ini serangan masih terjadi. Pada 7...

Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co - السلام عليكم ورحمة الله وربركاته الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله...

5 Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

IslamIndonesia.co - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia.  Pada hari...