Sunan Kudus: Pelopor Pengubah Sapi menjadi Kerbau Saat Idul Adha

Date:

Share post:

IslamIndonesia.co – Sunan Kudus merupakan salah satu Walisongo yang memiliki banyak kontribusi bagi kemajuan Islam di Indonesia. Berbicara mengenai Indonesia tentu tidak akan terlepas dari keberagaman yang ada. Salah satunya yaitu keberagaman Agama di dalamnya. Meski hari ini, banyak terjadi perdebatan atau bahkan konflik di sosial media yang bermunculan, namun wajar karena memang bukanlah hal baru.

Memahami tentang toleransi memang harus selalu ditebarkan dari waktu ke waktu agar masyarakat mengerti akan berkah sebesar ini di Indonesia. Dengan memahaminya, tentu harapannya agar dapat meredam konflik yang bisa muncul kapanpun.

Pada zaman Walisongo, sebenarnya masalah toleransi dalam keberagaman tersebut pernah dicontohkan dan bisa dipelajari dari apa yang sudah dilakukan oleh Walisongo. Khususnya pada tulisa kali ini akan membahas toleransi yang pernah dilakukan oleh Sunan Kudus ketika beliau bersinggungan langsung dengan Umat Hindu pada waktu itu.

Biografi Sunan Kudus

Sunan Kudus ialah salah satu sosok paling penting dalam penyebar Agama Islam di Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai salah satu bagian dari Walisongo. Perlu diketahui bahwa beliau lahir sekitar tahun 1500 Masehi.

Dengan nama lengkap Sunan kudus yaitu Sayyid Ja’far Shadiq Azmatkhan, putra dari Sunan Ngudung yang merupakan putra Sultan yang berasal dari Palestina dengan nama Sayyid Fadhal Ali Murtazha yang melakukan perjalanan hijrah ke Jawa. Nama Ja’far Shadiq ini diambil dari nama datuk beliau yang bernama Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib istri Sayyidah Fatimah, Putri Rasulullah.

Jika dilihat secara nasabnya, maka dapat disimpulkan bahwa Sunan Kudus memang bukan penduduk Asli Kudus. Beberapa riwayat bahkan ada yang menyebutkan bahwa beliau dilahirkan di al-Quds Palestina.

Mengubah Sapi Menjadi Kerbau

Wilayah Kerajaan Demak menjadi tempat berdakwah bagi Sunan Kudus. Di tempat inilah beliau banyak bertemu dan berinteraksi langsung dengan Umat Hindu. Seperti yang telah diketahui bahwa Umat Hindu meyakini bahwa Sapi adalah hewan yang Suci.

Atas dasar inilah, Sunan Kudus lalu menyesuaikan cara berdakwahnya seperti halnya yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga saat berdakwah. Salah satu penyesuaian paling fenomenal yang dilakukan oleh Sunan Kudus yaitu sering menjelaskan ayat al-Quran yang membahas tentang Sapi Betina yaitu al-Baqarah.

Hal ini pernah dijelaskan oleh Hasanu Simon dalam bukunya Misteri Syekh Siti Jenar: Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa sebagai berikut:

“Sunan Kudus sering menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang tertera dalam Surat Sapi Betina, Surat Al-Baqarah. Dalam acara-acara pesta Sunan Kudus tidak pernah menyembelih sapi karena hal itu akan melukai hati pemeluk Hindu yang masih merupakan agama mayoritas penduduk Kudus. Sebagai gantinya Sunan Kudus akan menyembelih kerbau.”

Tradisi yang dilakukan oleh Sunan Kudus inilah yang hari ini masih bertahan dan diikuti oleh sebagian masyarakat Kudus. Meskipun hari ini, mayoritas penduduknya beragama Islam, namun masih banyak desa di daerah Kudus yang mempertahankannya dengan melarang penggunaan sapi sebagai hewan kurban. Sehingga tidak heran jika masih banyak ditemukan peternakan kerbau di daerah tersebut.

Kisah lain juga diungkapkan oleh Solichin Salam dalam Menara Kudus bahwa pernah suatu saat Sunan Kudus merasakan dahaga. Kemudian datanglah seorang pendeta Hindu yang memberinya air susu sapi, “Maka sebagai rasa terima kasih dari Sunan Kudus, masyarakat di Kudus dilarang menyembelih binatang sapi.”

Ada lagi versi lainnya dari cerita ini yang pernah disampaikan oleh Gus Mus. Menurut beliau Sunan Kudus dikenal sebagai ulama Fiqh yang andal dan kukuh memegang prinsip. Seorang Panglima perang dan ahli strategi politik –seperti ketika menjadi panglima perang Kerajaan Demak menaklukan Kerajaan Majapahit; dan ulama toleran dengan tidak menyembelih sapi untuk menghormati Kiai Telingsing, salah seorang pengikutnya yang awalnya beragama Hindu.

Perlu diketahui bahwa Kiai Telingsing atau The Ling Sing merupakan seorang putra dari Sunan Sungging dengan seorang perempuan Tionghoa. Ia terlahir di Tiongkok dan hijrah atas perintah ayahnya untuk datang ke daerah Kudus untuk menyebarkan agama Islam. Masa tersebut jauh sebelum para wali pertama berdakwah dan sebelum Kesultanan Demak didirikan.

Demikian secuil kisah teladan dari Sunan Kudus dalam menjaga keharmonisan umat beragama di Kudus. Dengan mengetahui hal ini, tentunya harus bisa menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia saat ini. Agar tidak mudah tersulut konflik atau perdebatan yang tidak berdasar di sosial media. Cara-cara menjaga keharmonisan umat beragama seperti yang dicontohkan oleh Sunan Kudus inilah yang perlu dikedepankan. Bukan malah merasa ekslusif karena dirinya adalah bagian dari umat mayoritas. Sehingga merasa bahwa orang lain harus menghormati agamanya, padahal ia sendiri tidak ingin melakukan hal serupa.

Achmad Fachrur Rozi
Achmad Fachrur Rozihttp://www.islamindonesia.co
Silakan kirim kritik & saran Anda melalui email: [email protected]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related articles

Penyakit Ain itu Apa, Penyebab dan Doa Mengatasinya

IslamIndonesia.co – Penyakit Ain itu apa? mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan. Sebab sebagian besar orang masih...

Eskalasi Konflik Israel Palestina dan Bantuan Kemanusiaan Negara Lain

IslamIndonesia.co – Konflik Israel Palestina masih berkepanjangan, seperti tidak ada akhirnya. Sampai saat ini serangan masih terjadi. Pada 7...

Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co - السلام عليكم ورحمة الله وربركاته الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله...

5 Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

IslamIndonesia.co - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia.  Pada hari...