Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

Kemas Muhammad Intizham

0 Comment

Link
Khutbah Idul Fitri Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co

السلام عليكم ورحمة الله وربركاته

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر.

الله أكبر ما أقبل الناس إلى ربهم آتين تائبين، الله أكبر زينت المساجد بالذاكرين والمسبحين، الله أكبر ما أقبل الله على عباده في شهر رمضان بالرحمة والغفران، الله أكبر ما تجلى الله سبحانه وتعالى على عباده في صبيحة هذا اليوم بالمحبۃ والرضوان، الله أكبر ما تصافحت قلوب عباد الله في هذا اليوم بالوئام والترابط والإحسان، الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة و أصيلا ملء الميزان، وسبحان الله المسبح في كل مكان وعلى لسان، سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، ولله الحمد.


الحمد لله الذي سهل للعباد طريق العبادة ويسر، ووقاهم أجور أعمالهم من خزائن جوده التي لا تحصر، وجعل لهم يوم عيد يعود عليهم في كل سنة ويتكرر، وزکی أبدانهم من درن السيئات وطهر. وتابع بين الأوقات لكي تشيد بأنواع العبادة وتعمر.

أشهد أن لا إله إلا الله الملك العزيز الجبار، وأشهد أن سيدنا ومولانا محمدا عبده ورسوله خير البشر، اللهم صل على سيدنا محمد المختار وآله الأطهار وأصحابه الأخيار، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الحشر.

وأوصيكم أيها المسلمون ممن بعد نفسي المذنبة بتقوى الله في العلن والإسرار . حيث قال تعالى في كتابه الكريم : ياَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

أما بعد :

Maasyiral Muslimin jamaah salat Idul Fitri Rahimakumullah

Seiring gema takbir yang berkumandang di pagi hari ini, ungkapan rasa bahagia kaum muslimin membuncah selepas meraih kesuksesan dalam menjalankan ibadah teristimewa satu bulan penuh di bulan berkah.

Kita semua bahagia atas limpahan rahmatNya, bahagia dengun penuh harapan diterimanya semua ibadah di bulan Ramadhan, bahagia atas harapan dibebaskan dari api neraka pasca Ramadhan.

Tentunya kebahagian ini harus kita barengi dengan selalu memupuk rasa mahabbah dan cinta kepada Allah SWT, meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepadaNya, dengan berusaha secara optimal dalam menjalankan semua perintah-Nya dan dengan tegas meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Maasyiral Muslimin jamaah salat Idul Fitri Rahimakumullah

Hari Raya Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam. Hari yang selalu dinanti oleh setiap orang. Hari yang selalu disambut dengan perayaan-perayaan agung.

Momentum tahunan untuk kembali menjalin silaturrahim kepada kerabat. Juga momen tahunan untuk memperbaharui foto keluarga yang utuh.

Hari yang mengumpulkan keluarga-keluarga yang terpisah jarak di kampung halaman. Hari yang memanggil orang-orang yang telah pergi merantau untuk pulang.

Pada Hari Raya Idul Fitri orang-orang berbelanja barang baru. Pusat-pusat perbelanjaan selalu ramai hingga waktu tutup tiba.

Pakaian-pakaian baru dibeli dengan jumlah yang banyak. Baju, celana, sandal atau sepatu, dari atas ke bawah semuanya baru.

Anak-anak sibuk menghitung uang THR yang didapat dari sanak-saudara. Berbagai macam jenis makanan dimasak dan disantap beramai-beramai.

Kue-kue bersusun di atas meja di ruang tamu. Air-air yang warnanya lebih bermacam-macam dari hari biasa dapat diminum sesukanya, tanpa harus pergi ke warung dahulu.

Namun, adakah orang-orang yang bersedih pada hari yang seharusnya dirayakan dengan suka cita ini? Orang-orang yang ingin Hari Raya segera berlalu.

Orang-orang yang tidak begitu semangat menyambut kedatangannya. Orang-orang yang lebih memilih tidur daripada keluar rumah.

Bagaimana rasanya menjadi seorang yatim/piatu yang merayakan Hari Raya tanpa seorang ayah atau ibu?

Sementara anak-anak seusianya mendapatkan ciuman kasih sayang dari ayah dan ibu mereka. Mengenakan seragam keluarga yang dijahit jauh hari sebelum Hari Raya.

Kemudian mereka berfoto bersama, lalu diupload ke sosial media. Mereka bisa pergi ke sana kemari bersama orang tua mereka.

Mengunjungi keluarga bersama kedua orang tua mereka. Si yatim/piatu hanya dapat berandai-andai, kalau saja Tuhan tidak memanggil ayah atau ibunya lebih dulu, tentu Hari Rayanya bisa sebahagia mereka.

Bagaimana rasanya menjadi seorang janda/duda yang merayakan Hari Raya tanpa kehadiran seorang kekasih di sisinya?

Sementara suami istri yang lain pada saat Hari Raya saling melayani dan dilayani. Bisa mengenakan baju couple yang menunjukkan keserasian di antara mereka.

Istri mencium tangan suami, suami mengecup kening istri dengan kasih sayang. Si janda/duda hanya dapat mengenang masa-masa kebersamaan mereka di masa lalu. Melihat kembali foto-foto yang menyimpan kenangan mereka.

Bagaimana rasanya menjadi seorang miskin yang merayakan Hari Raya dengan segala kekurangannya?

Sementara tetangga-tetangga mereka merayakan Hari Raya serba berlebih. Baju baru yang jumlahnya berhelai-helai.

Warna cat rumah yang kembali terang atau berganti. Kue-kue yang banyak macamnya. Makanan yang tidak habis-habis selama berhari-hari.

Rumah yang tak pernah kosong dari kunjungan orang-orang untuk bertamu. Amplop THR yang dibagi kepada setiap anak yang datang.

Si miskin hanya dapat menatap sedikit kue yang mereka buat dengan susah payah, tapi hanya sedikit yang mau mencicip.

Rumah mereka yang tidak pernah ramai, meski pada Hari Raya. Kalau pun ada, orang-orang yang bertamu hanya sekadar untuk singgah sebentar, tanpa berkenan berdiam agak lama.

Bagaimana rasanya menjadi perantau yang merayakan Hari Raya jauh dari kampung halaman? Sementara lewat gawainya, ia melihat foto-foto kerabat yang sedang berkumpul dan berbahagia.

Bisa mencicipi ragam makanan khas yang kadang hanya ditemui pada Hari Raya. Momen kebersamaan yang tidak bisa diganti dengan yang lain.

Merayakan Hari Raya Idul Fitri jauh dari keluarga adalah hal yang paling sulit dihadapi para perantau. Mereka bisa berpisah dalam waktu yang lama dari keluarga. Tapi tidak pada Hari Raya.

Mungkin bagi orang-orang itu Hari Raya adalah hari yang sebenarnya menambah duka. Duka yang jumlahnya tumbuh berkali-kali lipat dari hari biasa. Sebab, pada hari itu semua orang bergembira. Sedangkan mereka berduka karena hal-hal itu.

Pada akhirnya, Hari Raya dirayakan dengan suka cita oleh sebagian orang. Dan Hari Raya juga dirayakan dengan duka cita oleh sebagian yang lainnya.

Maasyiral Muslimin jamaah salat Idul Fitri Rahimakumullah

Kita baru saja melewati hari-hari karantina selama satu bulan penuh dengan berpuasa. Sebagaimana yang ditegaskan dalam al-Qur’an, tujuan utama dalam berpuasa adalah agar kita memperolah derajat muttaqin.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Tujuan ini tidak dapat dicapai begitu saja. Bahkan tidak jarang orang yang berpuasa jatuh pada kesia-siaan seperti yang dinyatakan dalam sebuah hadis:

رب صائم حظه من صيامه الجوع والعطش

Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya kecuali lapar dan haus (HR. Thabrani)

Puasa akan sampai pada tujuan takwa setelah kita memahami, menghayati, dan mengamalkan makna dan pesan puasa, serta menjauhi setiap larangan selama berpuasa dengan tujuan untuk melatih diri agar di hari-hari yang lain disiplin ketaatan pada syariah itu tetap dilaksanakan.

Ramadhan, pada mulanya ia hanya seperti orang asing yang datang kepada kita. Datang setiap tahun tanpa pernah terlambat sekali pun. Atas kehadirannya yang keras kepala, respon orang berbeda-beda. Ada yang menyambutnya, ada yang biasa saja.

Sama seperti orang asing yang tak pernah benar-benar kita hiraukan, Ramadhan tak pernah bisa akrab dengan kita.

Orang asing yang tak pernah kita ajak ngobrol, tak akan pernah kita kenal dengan baik. Dan hati kita tak akan pernah jatuh kepadanya. Akan sulit tumbuh perasaan cinta pada orang asing yang tak pernah dekat dengan kita.

Berpuluh-puluh kali Ramadhan datang kepada orang yang tak pernah ingin mengenalnya, ia hanya akan nampak biasa saja. Tidak ada yang istimewa sedikit pun.

Sama seperti orang yang lalu-lalang di stasiun-stasiun kereta api di kota-kota. Singgah sebentar untuk kemudian pergi lagi.

Namun bagi orang yang mau menjalin komunikasi dengan intens pada orang asing, akan tumbuh rasa cinta di dalam hatinya.

Begitu pula jika kita menjalankan puasa Ramadhan dengan totalitas. Kita akan merasa sedih pada saat tahu akan berpisah dengan Ramadhan. Entah akan Kembali bertemu atau tidak, tidak ada yang tahu.

Maasyiral Muslimin jamaah salat Idul Fitri Rahimakumullah

Memahami dan menghayati arti puasa memerlukan perhatian terhadap dua hal pokok menyangkut fungsi dan hakikat keberadaan manusia, yaitu sebagai khalifah atau representasi Tuhan di bumi (إني جاعل في الأرض خليفة) dan sebagai abid, atau hamba Tuhan (وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون).

Kita diminta dan dituntut menata dan mengembangkan lingkungan sosial dan lingkungan alam dengan konsep kasih sayang dan kedamaian, bukan sebaliknya, yakni dengan penuh kekerasan, keserakahan, dan ketidakadilan.

Semoga kita semua tidak tergolong sebagai orang yang beragama secara palsu, seperti yang dilukiskan dalam surat al-Maun:

اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ – وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ – الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ – الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ – وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَ ࣖ –

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap salatnya, yang berbuat ria, dan enggan (memberikan) bantuan.

Firman ini menegaskan bahwa dengan selesai menunaikan ibadah formal seperti salat, puasa, dan berbagai amaliah lain di dalamnya, tidak otomatis segala urusan agama kita selesai.

Capaian keberhasilan keberagamaan kita ternyata diukur dengan hal-hal yang bersifat social kemasyarakatan.

Orang hanya mengutamakan ibadah ritual tanpa melahirkan makna dan efek social ternyata tidak ada artinya. Segalanya baru berarti setelah diuji dalam realitas kehidupan.

Surat al-Maun di atas juga mengingatkan kita tentang perlunya memperhatikan generasi masa depan yang tangguh.

Problem anak-anak yatim dan kemiskinan selalu menjadi kendala dalam penyiapan generasi produktif.

Tidak kurang 27 kali al-Qur’an mengingatkan kita pada masalah anak yatim.

Pengertian yatim dalam Lisan al-Arab, kamus Bahasa Arab paling standar, al-Yatim secara literal berarti:

كل شيء مفرد بغير نظيره فهو يتيم

Segala sesuatu yang menyendiri atau tanpa perlindungan adalah yatim.

Rumah yang ditinggal oleh penghuninya disebut baitun yatim / rumah yatim. Orang-orang yang belum memiliki jodoh atau pasangan juga disebut yatim.

Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, baik karena ditinggal mati atau ditelantarkan, atau sebab lain, disebut anak yatim.

Anak-anak yang merasa yatim di lingkungan orang tuanya mungkin bisa berefek lebih negatif.

Maasyiral Muslimin jamaah salat Idul Fitri Rahimakumullah

Mari kita jadikan hari yang fitri ini sebagai titik awal kita untuk memulai hidup yang baru. Hidup yang suci tanpa ada lagi permusuhan antara kita sesama.

Mari kita jadikan hari ini sebagai momentum untuk kembali mengikat tali silaturrahim yang barangkali telah kendor atau bahkan putus dengan para kerabat.

Mari kita lebih peduli kepada orang-orang di sekitar kita yang mungkin hari rayanya tidak semeriah kita. Dan yang paling penting, kita tetap melanjutkan ibadah-ibadah atau pun amal baik yang telah kita latih selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan.

جعل الله قلوبنا أوعية لحبه ووفقنا لأن نربط نعمه به لأنه هو المنعم

بارك الله لي ولكم بما في القرآن العظيم، ونفعني وإيام بتلاوته إنه هوالذكر الحكيم، أقول قولي هذا وأستغفر الله العظيم فاستغفروه فيا فوز المستغفرين يا تجاة التانيين إنه هو الغفور الرحيم


Khutbah Ke II


الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر.

الحمد لله العفو الغفور ، الذي جعل يوم العيد يوم السرور ، أشهد أن لا إله إلا الله الشكور المشكور، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله المبعوث لإزالة كل ديجوز، اللهم صل على سيدنا محمد الذي أرسله للعالمين بالملة السمحاء والشرع الميسور، وعلى آله وأصحابه الذين اختفق بهم لواء الإسلام في أنحاء الربع المعمور.

أما بعد : فيا عباد الله ….. إن أكيس الكيس التقي وإن أحمق الحمق الفجور، وإن من الكياسة النظر في عواقب الأمور. وإن من الظرافة صرف الأوقات الفاضلة في طلب الأجور، وإن أعقل الناس من صرف أنفاسه فيما هو به مأمور، وإن من أعظم المأمورات تقوى الله بفعل المأمور واجتناب المحظور. فاتقوا الله يا عباد الله ولا تغرنكم الحياة الدنيا ولا يغرنكم بالله الغرور.

واعلموا أن الله أمركم بأمر بدأ فيه بنفسه، وثنى بملائكة قدسه، وقال تعالى : إن الله وملائكته يصلون على النبي، يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما، اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سیدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد، ورضي الله عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعلي ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات، وألف بين قلوبهم يا ذا الجلال والإكرام، اللهم يا داحي الذات ويا بارئ السبع المسموكات، إكشف عنا الملمات، واجل عنا الغموم والهموم والكربات والعاهات وأنزل علينا البركات، بركات الأرض والسماوات. اللهم وفق عبدك الذي ملكته زمام أمورنا للسير على صراطك، ولإتباع سنة نبيك محمد صلى الله عليه وسلم، اللهم أملأ قلبه بمزيد من الإيمان بك، ومزيد من الحب لك، وبمزيد من التعظيم لحرماتك، واجمع اللهم به أمر هذه الأمة على ما يرضيك، وحقق له في سبيل ذلك البطانة الصالحة يا رب العاليين، ربنا اغفر لنا ولوالدينا ولإخواننا الحاضرين ووالديهم ولمشايخنا و لأرباب الحقوق علينا ولسائر المسلمين أجمعين، اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا،

وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُلُوبِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ. اللّهمَّ حَبِّبْ إلَيْنَا الإيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ اللهمَّ ارْزُقْنَا الصَّبْرَ عَلى الحَقِّ وَالثَّبَاتَ على الأَمْرِ والعَاقِبَةَ الحَسَنَةَ والعَافِيَةَ مِنْ كُلِّ بَلِيَّةٍ والسَّلاَمَةَ مِنْ كلِّ إِثْمٍ والغَنِيْمَةَ مِنْ كل بِرٍّ والفَوْزَ بِالجَنَّةِ والنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار


عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Share:

Related Post

Leave a Comment