Rusia-Ukraina Libatkan Tentara Bayaran

Date:

Share post:

Perang antara Rusia dan Ukraina sebenarnya tidak berlangsung tiba-tiba. Sudah ada rentetan peristiwa yang terjadi selama 8 tahun terakhir. Perlu diketahui, bahwa penduduk Ukraina sebanyak 43 juta jiwa yang 77,8% merupakan warga keturunan asli Ukraina. Disusul 17,7% keturunan Rusia dan sisanya etnis lain.

Penyebab Perang Rusia-Ukraina

Sekitar tahun 2014, terjadi perang antara milisi teror ultra-nasionalis yang berideologi neo-Nazi melawan warga keturunan Rusia. Milisi neo-Nazi dibantu militer Ukraina ini menyerang warga “Russia-spoken” (orang-orang yang berbicara dalam bahasa Rusia) dengan begitu sadis. Penyerangan ini dilakukan dengan alasan karena Russia-spoken dianggap sebagai teroris, pemberontak, separatis dan sebagainya.

Tindakan represif tersebut membuat Russia-spoken bangkit melawan dan ingin membentuk negara sendiri. Mayoritas warga Russia-spoken tinggal di “Donetsk” dan “Luhansk” (disingkat Donbass), akhirnya mendeklarasikan Donetsk People’s Republic (DPR) dan Luhansk People’s Republic (LPR).

Pada bulan Desember 2021, Rusia mensponsori resolusi di PBB, yang bertujuan untuk mengutuk ideologi Nazisme, neo-Nazisme dan segala bentuk rasisme, xenophobia, dan berbagai tindakan intoleran.

Resolusi tersebut disetujui oleh 130 negara, sementara 51 negara, yaitu semua anggota Uni Eropa, Australia, New Zealand dan Kanada, abstain. Namun ada dua negara yang menyatakan menolak resolusi ini, yaitu: Amerika Serikat dan Ukraina.

Oleh karena itu, ketika resolusi tersebut tidak berbuah hasil maka Rusia melakukan operasi militer ke Ukraina. Tujuan dari operasi ini adalah untuk melindungi orang-orang yang selama delapan tahun, telah menghadapi penghinaan dan genosida yang dilakukan oleh rezim Kiev.

Mengutip pidato Putin berikut, “Untuk tujuan ini, kami akan berusaha untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina, serta mengadili mereka yang melakukan banyak kejahatan berdarah terhadap warga sipil, termasuk terhadap warga Federasi Rusia. Bukan rencana kami untuk menduduki wilayah Ukraina.”

Kemudian beberapa waktu yang lalu tersiar kabar bergabungnya militan Suriah ke Ukraina. Menurut sumber di kalangan militer dan diplomatik, agen Dinas Keamanan Ukraina bersama dengan agen keamanan Turki mengunjungi Suriah utara. “Agen-agen Dinas Keamanan Ukraina (SBU) telah berusaha melibatkan gerilyawan Suriah dalam konflik militer di Ukraina,” papar sumber itu, dilansir Sputnik pada Minggu (6/3/2022). Sumber itu menambahkan, “Pada 4 Februari, sekelompok tiga pegawai Dinas Keamanan Ukraina, didampingi petugas organisasi intelijen nasional Turki, mengunjungi daerah-daerah yang dikuasai Turki di Suriah utara, termasuk permukiman Afrin dan Azaz.”

“Mereka mengunjungi pangkalan kelompok bersenjata Harkat Saurin (bagian dari Tentara Nasional Suriah), di mana mereka bertemu dengan komandan beberapa kelompok pro-Turki (Firkat Sultan Murad, Liwa Al-Muattasim), serta kamp-kamp tentara angkatan bersenjata ilegal,” ungkap sumber itu.

Awal pekan ini, Barat telah meningkatkan pengerahan tentara bayaran sekitar 200 tentara bayaran dari perusahaan militer swasta Kroasia ke Ukraina. Hal tersebut merupakan pernyataan dari juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov. Sementara itu, salah satu penembak jitu paling mematikan di dunia yang disebut sebagai Wali juga telah dihubungi oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy untuk bergabung di Ukraina.

Rusia-Ukraina Sepakat Gencatan Senjata

Ukraina dan Rusia sepakat melakukan gencatan senjata pada Rabu (9/3) pukul 09.00 pagi sampai 21.00 waktu setempat, sekaligus membuka enam koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil.

Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk, mengatakan bahwa kedua negara menyepakati gencatan senjata tersebut demi keselamatan warganya.

Selama kontak senjata berhenti, enam rute akan dibuka agar para warga bisa dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Keenam rute tersebut yaitu dari Enerhodar, Sumy, Mariupol, Volnovakha, Raisins, dan Kyiv.

Ukraina Ajukan Solusi Demi Mengakhiri Perang

Presiden Volodymyr Zelensky mengaku punya solusi dalam rangka berkompromi demi mengakhiri perang di daerah Ukraina yang membuat tegang dengan Rusia, yaitu Crimea, Luhansk,dan Donetsk.

Zelensky ingin membahasnya dalam pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia pun mendesak Putin untuk mau segera tatap muka.

“Ini adalah semacam ultimatum dan kami tidak bersiap-siap untuk ultimatum lainnya. Namun, kami memiliki solusi yang mungkin bisa menyelesaikan ini, sebuah solusi kunci,” kata Zelensky saat diwawancara ABC News, dikutip TASS, Rabu (9/3).

Ia mengaku bisa berkompromi terkait status Crimea, Luhansk, dan Donetsk, wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Rusia. Namun menurutnya, akan sulit untuk mengakui kemerdekaan ketiga daerah itu.

Achmad Fachrur Rozi
Achmad Fachrur Rozihttp://www.islamindonesia.co
Silakan kirim kritik & saran Anda melalui email: [email protected]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Related articles

Penyakit Ain itu Apa, Penyebab dan Doa Mengatasinya

IslamIndonesia.co – Penyakit Ain itu apa? mungkin itulah yang saat ini sedang dipikirkan. Sebab sebagian besar orang masih...

Eskalasi Konflik Israel Palestina dan Bantuan Kemanusiaan Negara Lain

IslamIndonesia.co – Konflik Israel Palestina masih berkepanjangan, seperti tidak ada akhirnya. Sampai saat ini serangan masih terjadi. Pada 7...

Khutbah Idul Fitri: Titik Awal Memulai Hidup Baru

IslamIndonesia.co - السلام عليكم ورحمة الله وربركاته الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله...

5 Sunnah di Hari Raya Idul Fitri

IslamIndonesia.co - Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia.  Pada hari...